Tampilkan postingan dengan label movie. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label movie. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 15 Februari 2014

..SAFE HAVEN : there's no safer place in the world than right here with me




Assalamualaikum….

Malam 14 Februari lalu, sempat nonton film Safe Haven di HBO.  Kayaknya kanal TV ini memang sengaja mensetting agar di malam “kasih sayang” itu putarnya film yang genre romantis.  So, saya duduk manis sendirian di ruang tengah dengan tangan menggandeng remote TV (hiksss).


Pemeran Alex (Josh Duhamel) cukup familiar buat saya.  Kalau pernah nonton Transformers, pasti gemes kan liat Let.colonel William Lenox? Nah itu dia.  Sementara Julianne Hough yang berperan sebagai Kattie, masih asing rasanya.  But it’s OK…sejak awal nonton, feeling saya bilang film ini ga bakalan mengecewakan.

Alex dan Katty bertemu saat katty melakukan “pelarian diri” lalu terpesona dengan keindahan  kota kecil Southport tempat Alex tinggal bersama 2 anaknya dan mengelola minimarket.  Katty memutuskan untuk tinggal di kota itu, membeli sebuah rumah tua yang jauh dari rumah penduduk lainnya bahkan melamar pekerjaan di sebuah restoran.   Interaksi  lebih dalam antara Katty dan Alex diawali dengan  niat baik Alex memberikan sebuah sepeda untuk Katty.  Namun Katty meradang karena hal itu membuatnya tidak nyaman.  Untunglah  satu-satunya tetangga Katty , perempuan misterius bernama Jo, memberikan pandangan baru yang menenangkan Katty dan akhirnya menerima sepeda tersebut.  

Yah, sudah bisa ditebak kalau akhirnya Katty dan Alex saling jatuh cinta dan mulai memiliki hubungan yang istimewa.  Perlahan pula identitas Katty mulai terungkap.  Rasa penasaran akan kenapa Katty melarikan diri? Kejahatan apa yang telah dia lakukan?mulai terjawab.  Ternyata Katty adalah istri dari seorang polisi yang kejam.  Katty adalah korban KDRT yang melarikan diri dari suaminya.   Ia  menikam suaminya sendiri karena membela diri.  Suaminya yang “bermasalah”  itu, terobsesi untuk menangkap Katty dengan menjadikannya buronan.

Saya suka sekali dengan pemandangan yang ada di film yang diadaptasi dari novel karya Nicholas sparks ini.  Mungkin karena saya suka laut dan setting film ini  di pesisir.  Apalagi waktu Alex mengajak Katty  ke sebuah tempat menggunakan kano.  Wuuiihh..keren banget…


Konflik film ini terjadi ketika  suami Katty berhasil menemukan tempat Katty bersembunyi.  Adegan terbunuhnya Kevin dengan senjatanya sendiri, serta terbakarnya minimarket Alex, menjadi penutup konflik yang pelik .

Saya agak terkesima dengan ending film ini.  Mantan istri Alex yang meninggal dunia akibat kanker, ternyata telah menyiapkan beberapa surat untuk anak-anaknya, dan juga untuk wanita yang akan dicintai Alex.  Surat “To Her” itu diberikan Alex kepada Katty.  Isinya itu loh yang bikin melting.  And surprise sekali ketika dalam surat itu terselip sebuah foto mantan istri Alex yang ternyata adalah Jo. #jleb

Safe Haven bisa jadi “ga nendang” bagi sebagian orang.  Setidaknya beberapa blog yang menuliskan resensi film ini mengungkapkan hal tersebut.  Namun bagi saya Safe Haven bisa menjadi tempat teraman untuk menikmati  suatu malam meski berteman remote TV doang.  Yaahh…..saya  mau lagi duduk manis  menikmati film ini bila diputar lagi esok harinya.
                                                                                                                                                                                                                                                                                    

Selasa, 24 Desember 2013

Lost in Translation : terbiasa "telah terbiasa"

Assalamualaikum....

Beberapa hari lalu saya ketemu film di HBO, judulnya LOST IN TRANSLATION. Seingat saya sudah beberapa kali film ini ditayangkan, hanya saja belum klik sama saya jadi ya terlewatkan begitu saja. Tapi kemaren itu memang niat banget nontonnya.


Filmnya tentang Bob (Bill Murray), artis Amerika terkenal, usia separuh baya yang ke Jepang untuk pembuatan iklan. Di Hotel yang sama, Bob bertemu dengan seorang perempuan muda yang terjebak kebosanan, Charlotte (Scarlett Johanson). Sama-sama bosan, keduanya jadi dekat. Charlotte yang muda, bisa memberikan alternatif seru-seruan untuk mengusir kebosanan mereka selama di Jepang. Sementara Bob yang usianya jauh di atas Charlotte, dalam beberapa percakapan mereka mampu memberikan pemahaman hidup.

Sebenarnya film ini agak membosankan buat saya, utamanya bagian awalnya....namun interaksi Bob - Charlotte yang merangkak perlahan inilah yang justru jadi daya tarik yang menciptakan rasa penasaran akan bagaimana endingnya, karena mereka sama-sama sudah menikah. Satu yang saya suka adalah sampai film ini berakhir tidak ada adegan "aneh" seperti film western kebanyakan. Selain itu, beberapa sisi kota Jepang yang ditampilkan dalam film ini, juga semakin membuat saya berenergi untuk membangun mimpi bisa ke Jepang suatu hari nanti. (amiin) ^__^



Karena terbiasa "telah terbiasa", akhirnya jadi sedih juga saat akan berpisah. Bob telah menyelesaikan perkerjaannya di Jepang dan harus kembali ke Amerika. Sementara Charlotte harus menunggu sampai suaminya menuntaskan tugasnya sebagai Fotographer. Kehampaan nampak jelas pada keduanya saat Bob berpamitan. Bob nampak kikuk dan tidak fokus melayani permintaan klien untuk foto bersama, sementara Charlotte berupaya acuh tak acuh, meski sangat jelas kepedihannya. Saat menuju bandara, Bob mendapati sosok Charlotte di tengah keramaian, lalu berusaha mengejarnya. Tidak banyak yang dikatakan. Hanya setetes air mata di pipi Charlotte, sementara Bob membisikan sesuatu yang dijawab anggukan oleh Charlotte. Itu saja !!!


Ending seperti ini bikin saya larut dalam perpisahan mereka. Betapa "telah terbiasa" itu menunjukan kuasanya pada interaksi Bob-Charlotte. Lalu tentu saja saya penasaran (dan sibuk menebak) apa sebenarnya kalimat yang dibisikan Bob sebelum berlalu. Ending ini mengingatkan saya pada novel favorite saya : Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (Tere Liye). Kalimat yang hanya dibisikan itu menjadi pengikat saya dengan novel itu hingga kini. Bahkan saya pernah menanyakan pada penulisnya apa sebenarnya yang diucapkan itu, malah si Penulis juga bertanya : iya ya, kira-kira apa yang diucapkan si pengecut itu ya ?? Hadewhh....tinggallah saya penasaran tingkat dewa LOL

Saya suka film ini. ^__^


Minggu, 25 Agustus 2013

RUBY SPARK : Saat Imaginasi Menggila


Apa jadinya bila apa yang kita tulis, bisa menjadi kenyataan??seru kali ya? Atau malah merepotkan??nah itulah yang terjadi pada Calvin (Paul Dano), seorang penulis novel terkenal dan sukses. Ia menulis sebuah buku yang menciptakan tokoh Ruby, seorang perempuan idamannya. Suatu hari, entah dari mana dan bagaimana ketika Calvin bangun tidur, ia mendapatkan Ruby (Zoe Kazan) dalam bentuk nyata di dalam rumahnya. Kaget pasti. Ia malah sempat berpikir telah kehilangan pikiran sehatnya. Setelah sadar bahwa Ruby ternyata bisa dilihat oleh semua orang, maka Ia pun ngeh kalau Ruby di depannya memang benar-benar Ruby seperti yang ada dalam bukunya.

Mereka melalui masa-masa yang indah, persis sama dengan isi dalam buku yang tengah dia selesaikan. Dengan kehadiran Ruby di sisinya Calvin menjadi tak ingin menulis lagi tentang Ruby karena ingin menjalani hari hari mereka dengan normal. Suatu kali Ruby ingin menikmati waktu luang bersama teman-temannya, hingga Calvin merasa diabaikan. Akhirnya Calvin melanggar janjinya sendiri. Ia mulai menulis lagi. Ia menulis: ‘’ Ruby sangat merindukan Calvin’’. Apa yang terjadi ??Ruby menjadi amat sangat lengket dengan Calvin. Ia tak mau ditinggal sedetikpun. Bahkan Calvin harus rela menyendok makanannya dengan tangan kiri karena Ruby tak lepas menggayut di tangan kananya. Atau ketika Ruby tak mau berjauhan dengan Calvin bahkan ketika ia ingin buang air kecil. Merepotkan sekali, kan??

Karena tidak tahan dengan ‘’ketergantungan’’ Ruby, akhirnya Calvin menulis lagi. ‘’Ruby menjadi sangat bahagia’’. Hasilnya adalah Ruby tertawa sepanjang hari tak henti-henti. Ia begitu bahagia bahkan tanpa sebab apapun. Calvin kembali galau. Ia lalu menulis lagi ‘’Ruby menjadi dirinya sendiri’’. Nah disinilah puncak konfliknya. Ruby benar-benar menjadi dirinya sendiri,seorang perempuan muda yang ‘’tahu dirinya’’menarik dan keras kepala. Saat mereka menghadiri sebuah pesta penulis buku, Calvin mendapatkan Ruby berada di kolam renang bersama seorang pria. Calvin murka karena merasa Ruby tak pantas melakukan hal itu di depan banyak tamu dan juga mantan pacarnya, lyla. Sementara Ruby juga merasa ia tidak salah karena Calvin tak bisa mengatur seluruh hidupnya. Dalam pertengkaran tersebut, Calvin membuktikan dihadapan Ruby bahwa ia bisa mengatur seluruh hidup Ruby, karena Ruby adalah hasil imaginasinya. Apapun yang ditulisnya, maka itulah yang dilakukan Ruby. Bahkan Ruby menjadi bisa berbahasa Perancis padahal sebelumnya ia tak bisa. Ruby menjadi apa saja yang di tulis Calvin. Ia menjentikan jari tak karuan, menggonggong seperti anjing, berguling guling, meloncat loncat, apapun itu. Calvin sangat sedih karena menyadari Ruby tidaklah sepenuhnya nyata. Ruby tetaplah imaginasinya. Akhirnya Calvin lelah, dan menuliskan : She’s Free.....

Saat bangun keesokan harinya, Ruby benar-benar tidak ada. Yang ada hanyalah sepi yang menyakitkan bagi seorang ‘’tak berteman’’ seperti Calvin. Berbagai cara dilakukan (ia dibantu oleh salah satu saudaranya), tak jua berhasil menghibur kehilangannya. Hingga akhirnya Calvin menyadari bahwa hanya satu hal yang bisa menyembuhkan dirinya, yaitu kembali MENULIS. Iapun mulai menuntaskan buku yang ditulisnya tentang Ruby. Dan Buku itu kembali sukses. Endingnya, saat berjalan ditaman bersama anjingnya, Scooty, Calvin bertemu dengan seorang gadis yang tengah membaca bukunya. Guess what ???Gadis itu persis sama dengan Ruby. And the story goes.....(senengnya kalau nonton yang happy ending kayak gini :D )

Film ini meski ringan namun tetap memberi pemahaman baik yang melahirkan semangat untuk selalu makin giat menulis (khususnya buat penulis angin-anginan seperti saya). Betapa dalam menulis kita bisa menjadi siapa saja, menghadirkan karakter apa saja, mengembangkan imaginasi segila apapun, dan seterusnya. Menulis juga bisa menjadi ''pelarian'' ragam perasaan, sekaligus menjadi alat meditasi yang positif dan gratis (kata teman saya). Saya terkesan pada kata-kata Calvin dibagian akhir film ini : ’’..mungkin ada yang berpikir ini sihir, tapi jatuh cinta adalah sihir...demikian pula halnya menulis.......’’

** bila dapat kesempatan bisa menulis seajaib Calvin, apa yang akan Anda tulis ????**

Minggu, 21 Agustus 2011

There's Never a shortcut to Happiness


Pas lihat judul filmnya, langsung penasaran. Jalan pintas menuju kebahagiaan ?Hm....apa ada ya ?Makanya, meski awalnya mau tidur siang, jadi batal demi film yang sebenarnya sudah dirilis sejak 2007 ini. Nama Jennifer Love Hewitt juga jadi salah satu daya tarik. Kangen sama akting perempuan cantik n seksi pemeran utama di film I Know What you did Last summer dan serial Party of Five ini.

Cerita singkat filmnya tentang Jabez Stone yang amat sangat ingin menjadi penulis terkenal. Sayangnya impian itu tidak pernah terbuka jalannya. Bahkan kesialan menjadi hal biasa dalam hidupnya. Hingga suatu hari, ia di pecat dari pekerjaannya, dirampok di jalan, dipukuli sampai babak belur, dan tidak punya uang sama sekali. Itu terjadi dalam satu hari. Dalam kondisi yang sangat tak menguntungkan itu, Jabez didatangi seorang perempuan yang sebenarnya adalah iblis, dan akhirnya membuat perjanjian semacam kontrak menjual jiwanya demi kesuksesan dan kebahagiaan dengan iblis cantik tersebut (Jennifer Love Hewwit).

Kehidupan Jabez langsung berubah drastis. Bukunya yang dulu ditolak, langsung naik cetak, laku keras, bahkan mendapat penghargaan. Tidak ada lagi kesialan. Ia justru menjadi sangat beruntung, dicintai dan dikagumi banyak orang, uang bukan lagi masalah karena harta berlimpah. Semuanya terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Namun, bahagiakah Jabes dengan itu semua ? ternyata tidak !! Ia bahkan tidak punya waktu untuk berkumpul dengan para sahabatnya karena hidupnya sudah diatur jadwal yang sangat padat. Ia tersiksa dengan penghargaan yang diterimanya meski kualitas tulisannya makin buruk.

Akhirnya Jabez menyadari bahwa apa yang dulu menurutnya akan mebuatnya bahagia, justru tak bisa dinikmatinya bersama orang-orang yang ia cintai. Ia lebih menyukai dirinya yang dulu, dibanding seorang Jabesz yang terkenal dan kaya raya. Ia memutuskan untuk mengakhiri perjanjian dengan sang iblis. Mulailah Ia menjalani persidangan "dunia lain" dengan iblis yang tak rela mengembalikan jiwanya. bagi si Iblis, ia telah memberikan semua yang diimpikan Jabez. Kesuksesan sebagai penulis terkenal, dan juga kebahagiaan. Namun, Jabez menyanggah tidak mendapatkan kebahagiaan apapun dari apa yang diberikan sang iblis. Meski Ia sukses dengan singkat, namun kehidupannya justru makin terpuruk dan kebahagaiaan menjadi sangat jauh dari harapannya. Kenyataan itulah yang membuat Jabez memenangkan jiwanya kembali dari Sang IBlis. Di akhir film ini Jabez teringat pesan ayahnya ketika ia masih kecil : Remember my son, THERE'S NEVER A SHORTCUT TO HAPPINESS...

Semua orang pasti ingin bahagia. Standar bahagia barangkali juga berbeda satu sama lainnya. Cara mendapatkannya pun juga bisa tidak sama. Dari Film berdurasi 1 jam 45 menit ini sempat menjadi renungan arti kebahagiaan dan usaha meraihnya. Mungkin tidak harus bersusah payah untuk meraih kebahagiaan. Namun apakah yang singkat itu menjamin langgengnya kebahagiaan ? Padahal kebahagiaan sejatilah yang dicari.

Sempat juga membandingkan film ini dengan film PURSUIT of HAPPINESS yang dibintangi Will Smith. Perjuangan Will Smith yang memerankan Christopher Gardner, mulai dari seorang tuna wisma hingga menjadi jutawan dan CEO terkenal sangat mengharu biru di awal film yang diangkat dari kisah nyata tersebut. Sungguh berbeda. Hasilnya pun juga berbeda. Perjanjian tukar jiwa Jabez melahirkan kesuksesan singkat dan kebahagiaan semu yang berakhir tragis, sementara Perjuangan Christopher Gardner yang mengharukan melahirkan kesuksesan dan kebahagiaan sejati. Hidup ini penuh dengan pilihan. Kita juga bisa memilih jalan apa yang akan ditempuh untuk meraih kebahagiaan. Jalan pintas dengan hasil yang singkat dan semu, atau jalan berliku dengan long lasting result. Atau bila mungkin, jalan singkat yang hasilnya kebahagiaan sejati....(kayaknya semua mau yang ini....;)


Intinya, cukup banyak pelajaran dari kedua film ini. SHORTCUT TO HAPPINESS dan PURSUIT of HAPPINESS. Keduanya saling melengkapi untuk memahami satu sisi dari kebahagiaan.
.

Rabu, 10 Agustus 2011

Nonton :The First Wives Club

Tampak jelas dari judulnya, film ini bercerita tentang 4 perempuan yang merupakan para istri pertama . Anie yang paling takut berbuat kesalahan dan ga mampu buat keputusan, Alice yang cantik, punya banyak bakat,dan populer,Brenda yang meluap-luap dan sangat ekstrovet,serta Chintia yang kalau sudah membuat keputusan langsung dilakukan. Mereka telah bersahabat sejak di Universitas.

Diantara keempat wanita tersebut, yang diprediksi bakal paling sukses adalah Chintia. Sayangnya, setelah menikah dengan Raja Wall Street, justru menjadi perempuan yang depresi apalagi setelah Gill (siaminya) berselingkuh dengan wanita lain. Akhirnya chintia memutuskan untuk bunuh diri. Pemakamannyalah yang membuat 3 sahabatnya yang lain akhirnya berkumpul lagi.

Alice menjadi bintang film terkenal yang doyan operasi plastik, facelift dan usaha-usaha lainnya agar tidak terlihat tua. Sementara pernikahannya sendiri juga diujung tanduk, siap-siap bercerai dan heboh dengan pembagian harta gono gini yang membuatnya menjadi pemabuk yang kacau. Suaminya juga terjerat perselingkuhan dengan seorang artis muda. dan...karirnya yang ga bagus lagi diusia empat puluhan.

Brenda yang makin gendut juga telah kehilangan suami tercinta. Morty, sang suami berada dipelukan perempuan langsing dengan cita rasa tinggi.

Sementara Annie, disaat sedang berjuang keras memperbaiki pernikahaannya dengan Aaron dengan mengikuti terapi pernikahan. Kenyataannya, Aaron justru berselingkuh dengan sang Terapist....

Dengan latar belakang yang hampir sama, mereka akhirnya membentuk The First Wives Club, untuk memberikan pelajaran bagi suami-suami mereka yang tak tahu diuntung. Yah...merekalah yang membuat para suami tersebut berhasil dan mapan, ternyata malah mereka ditinggalkan untuk perempuan lain.

Kejadian-kejadian konyol mereka hadapi. Salah satunya ekspresi Brenda saat melihat faslitas mewah di apartemen selingkuhan suaminya. Mereka juga mengalami masalah kekompakan, ketika Brenda dan Alice bersitegang hingga mereka terpecah.

Dengan semangat yang diwarisi dari surat Chintia yang dikirimkannya sebelum bunuh diri, akhirnya ketiga sahabat tersebut kembali bersatu memusatkan dan melebarkan tujuan-tujuan mereka di club tersebut.

Serru sih....lucu juga...terharu....Yap, pastinya sangat ga enak mengalami kondisi seperti mereka yang harus berjuang membangun kembali self esteem setelah porak poranda akibat suami terjerat cinta yang lain. Ketika suami ternyata rela meninggalkan istri yang sudah mendukungnya selama ini hanya untuk perempuan yang lebih langsing dan sexy. Asik juga menyaksikan ketiga tokoh film ini berusaha untuk "balas dendam".

Nah, yang paling "dapet" feelnya adalah kehadiran our bestiest di masa-masa sulit menjadi sesuatu yang penting. Dengan mereka, kita akan berbagi, saling mendukung, saling mengingatkan dan saling membagi kekuatan. Thats what bestiests are for kan ??

Lihatlah bagaimana Cintia berakhir tragis melempar tubuhnya sendiri dari ketinggian apartemen mewahnya disaat depresi ,karena ia merasa kesepian. Tak ada tempat berbagi yang mensupport dan menguatkan. "mungkin kesepian yang menjadi penyebabnya" begitu yang ditulis Cintia dalam surat terakhirnya.

Yap...nonton film ini jadi makin mensyukuri persahabatan yang telah terjalin with bestiests....and yang penting juga adalah it's so so fun nonton film ini. Just Watch it !!!