Selasa, 16 Juli 2013

..Merayu Hujan..

Assalamualaikum...

Kangen banget sama blog ku....lamaaaaa ga nulis ya...*tepokjidatratusankali*. Kesibukan dan kemalasan menjadi dua hal yang patut dikambinghitamkan untuk tulisan yang tak pernah ditulis..heheh....Hari ini, sambil memandangi hujan yang tak jua berhenti, Meski sudah 3 hari 3 malam ia berkiprah merata di bumi Anoa,sambil membayangkan jalan-jalan yang tergenang air, serta kesemrautan pemukiman yang menjadi titik titik banjir di kotaku ini, Saya mencoba memngompori diri sendiri untuk menulis lagi dengan melihat, membaca dan menerawang (loh kok...) tulisan-tulisan teman-teman . Yap jadilah jariku mulai menyentuh satu per satu tombol-tombol keyboard laptopku.

Hmm...mo ceritacrita soal apa ya?kalau sekarang sih yang paling santer alias jadi hot topic adalah banjir...ada beberapa foto yang di upload teman2 di bebe, fb and tentu saja twitter menggambarkan betapa dahsyatnya banjir kali ini. Sebelumnya Kendari memang sudah pernah dilanda banjir sih, tapi kali ini kayaknya ngefek banget. Belum lagi datangnya di bulan Ramadan. Kebayangkan rempongnya, saat harusnya sahur syahdu,ternyata harus berurusan dengan air yang masuk rumah tanpa diundang dan tanpa bisa dirayu. Ada yang sampai mata kaki,ada yang selutut ada pula yang sedada...Saya tidak melihat langsung sih bagaimana parahnya, hanya menjadi saksi foto-foto yang diabadikan . Ingatan saya ber flash back ke beberapa tahun lalu, waktu belum merit, masih tinggal sama orang tua, masih sekolah. Lupa tahun berapa. Pas lagi tidur nyenyak tiba-tiba berasa basah punggungku,ternyata air sudah sampe di kasur. Bagi saya, yang terberat dari banjir itu adalah melawan rasa jijay pada air berwarna coklat yang dingin menusuk sendi,bebau aneh,dihiasi sampah-sampah aneka ragam. Rasanya ingin berada di atap rumah saja kalau sudah begitu. Sayangnya kita harus menghadapi air bah itu kan?bahkan mesti akrab merelakan kulit kita bersentuhan dengan belaiannya. Barang-barang yang kudu diangkat,dokumen-dokumen yang mesti diselamatkan,de es be. Menjadi alasan kita mesti akrab merelakan kulit kita bersentuhan dengan perpaduan air hujan, air selokan, air kali, dan entah apa lagi. Oh ya, membersihkan sisa sisa banjir dan berdamai dengan bau tak sedap serta merelakan barang-barang tak bisa terpakai akibat banjir juga merupakan hal terberat.

Pengalaman berhadapan dengan banjir itu ternyata tersimpan rapi di memoriku, hingga menjadi alas an dalam mengambil beberapa keputusan. Misalnya saat memutuskan untuk bangun rumah. Tanah tempat berdirinya rumah itu benar-benar dicari yang berada di ketinggian. That’s why saya jatuh cinta pada sebidang tanah yang kini jadi dasar rumahku, karena lokasinya yang tinggi. Meskipun awal membeli tanah itu kesannya berada di hutan saking sepinya. Ada juga teman yang bilang :astaga, kamu kok mau beli tanah disitu?itukan bukan kawasan pembangunan kota. But it’s OK...asal ga banjir. Seperti saat ini, prihatin dengan kawasan perumahan yang banjir di seantero kota yang 5 kali berturut turut dapat Adipura ini. Justru kawasan yang diagung-agungkan sebagai kawasan prioritas pembangunan kota itulah yang parah banjirnya. Setidaknya, rumahku masih bisa menyediakan tempat mengungsi bagi mama,ipar dan adikku serta anak mereka. Malamini masih bisa tidur dan sahur lebih tenang jika dibandingkan dengan mereka yang terkena musibah banjir. Tapi sungguh, jujur, saya tidak setenang itu sebenarnya....pikiranku lumayan tersita pada ‘’penderitaan’’ mereka. Hanya bisa mendoakan agar mereka sabar menghadapi ujian ini....ujian yang datang dalam bentuk hujan.....hikkss....(dalam hujan ada berkah, semoga ujian ini mendatangkan keberkahan...amin) Hari ini beberapa kali saya mengirimkan ikon ‘’peluk’’ pada teman-teman yang kebanjiran. Saya berharap itu bisa menguatkan mereka dan mewakilkan kehadiranku di saat mereka susah.Dengan tulus juga saya mengundang beberapa teman ,siapa tahu mau mengungsi di rumahku. Saya tidak menghitung sudah berapa lama hujan ini tumpah....yang saya tahu ia tidak jua berhenti...how I miss my sunny day.....
***andai tulisan ini bisa merayu hujan untuk berhenti***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar