Jumat, 16 Maret 2012

Ada yang begitu merindukan anak, ada yang ga mau punya anak

Assalamualaikum....

Kali ini mau ceritacrita tentang pengalaman ketemu seorang perempuan muda sewaktu menghadiri acara makan makan dirumah seorang teman. Temanku itu punya butik yang dempetan dengan rumahnya. Sambil nunggu acara makan mulai, saya melihat-lihat dulu butiknya. waktu itu dijaga sama seorang perempuan yang belakangan saya tahu namanya santi. Saya sama sekali belum pernah ketemu sama Santi. Tapi karena emang diriku gampang kenal sama orang jadilah kita bisa ngobrol panjang lebar. Awalnya sih, ketika cuci mata di butik, tiba tiba Santi mengeluh pusing and mukanya kelihatan ga nyaman gitu alias pucat. Setelah menyuruh dia duduk, mulailah percakapan kami mengalir.

Ternyata dia lagi hamil muda. Tapi saya ga kaget karena itu, melainkan karena keluar pernyataan dari mulutnya kalau dia ga menginginkan anak itu. Alasannya, karena dia ga suka anak anak. "Ga suka, Mbak...nakal....ribut...repot.." begitu keluhnya. MasyaAllah....kok ada yang bisa begitu antinya sama anak anak ya???saya bilang, emang yang namanya anak2anak kayak gitu...kalau mereka nakal (kalau saya lebih suka menyebut mereka aktif), itu artinya mereka sehat. So, mengalirlah kalimat-kalimat ringan yang saya usahakan ga menggurui mengenai betapa menyenangkannya punya anak..betapa merekalah kelak yang akan menjadi penerus kita, menjadi tiket masuk kita ke surga dan betapa indahnya kenakalan mereka. Ternyata Santi sudah punya satu anak yang kemudian dipelihara oleh mertuanya. Alasannya karena ga mau repot ngurus.hikkss.....nah, untuk janin 1,5 bulan yang sedang dia kandung, katanya sedang diusahakn untuk di"keluarkan" alias mau diusahakan diaborsi dengan cara minum berbagai macam obat...duh..mbak yang satu ini bikin saya sedih dalam hati..membayangkan janin mungil itu menderita karena terpaksa "menikmati" obat-obatan yang bukannya membuat dia tumbuh sehat layaknya vitamin yang diberikan pada Bumil, melainkan "racun" yang menyengsarakan pertumbuhannya. Sambil memperhatikan dia cerita, saya mencoba memahami, mencoba ga menunjukan betapa saya sedih dengan harapannya agar janin itu segera keluar dari rahimnya.

huff...betapa ironinya, saya membayangkan perjuangan diri sendiri menjaga agar janin dirahimku bisa tumbuh sehat dan sempurna, sementara dia benar-benar ingin agar si janin segera hengkang seakan itu adalah benda yang ga ada nilainya. Saat ada kesempatan bicara (karena saya lebih banyak mendengarkan dia yang nampaknya emang niat curhat tanpa malu malu meski saya orang yang baru sekian menit dikenalnya), saya mengisahkan perjuangan dua pasang teman yang sudah hampir sepuluh tahun nikah tapi belum dikaruniai anak. Saya berharap cerita epic teman teman saya yang begitu merindukan hadirnya buah hati dalam rumah besar mereka bisa menggugah perempuan yang tengah gelisah itu. Dan benar saja, seakan terlintas dibenaknya saat itu, ia langsung bertanya "dosa mana Mbak, kita aborsi bayinya atau kita lahirkan terus biarkan dia diadopsi orang lain???" Bagi saya ini sebuah kemajuan dari pembicaraan kami yang awalnya penuh dengan kebencian dia pada kehamilannya sendiri dan keteguhan hatinya untuk mengaborsi janin yang dikandungnya. Saya hanya bilang, saya ga bisa bicara yang mana yang lebih berdosa dari kedua tindakan tersebut, tapi dengan membiarkan bayinya hidup, meski kemudian diadopsi orang lain, kita terhindar dari menghilangkan dua nyawa sekaligus, yaitu nyawa si bayi dan nyawa si ibu " Saya juga mengingatkan bahaya aborsi yang bisa mengancam kehidupan si ibu sendiri. Tak lupa saya ingatkan :hari ini kamu ga mau punya bayi, tapi beberapa tahun yang akan datang, disaat kamu ingin punya anak, lalu ternyata Allah ga mau kasih lagi, gimana???"..........

Ah, ternyata Mbak yang satu ini penuh dengan kejutan. Ternyata ada alasan lain yang bikin dia ga mau punya bayi (kayaknya ini adalah alasan utamanya), yaitu suaminya belum kerja dan tergolong pemalas yang pilih pilih pekerjaan sehingga lebih mengandalkan istri sebagai penyokong kebutuhan hidupnya...Naudzubillah....ribet amat ya hidupnya ???? saya ga tau gimana solusinya kalau soal itu. Karena dari ceritanya emang jalan apapun yang sudah dilakukan istri maupun orang disekitarnya untuk membangkitkan semngat kerja si suami ini ternyata ga ada yang berhasil. Satu yang perlu digaris bawahi adalah si Mbak salah pilih suami..hhgrghjjggrrr......#bete#

Pembicaraan kami terpaksa putus setelah ada panggilan makan dari tuan rumah. Saya berlalu darinya dengan doa sepenuh hati agar ada manfaat dari pembicaraan ini, semoga pikirannya ga lagi terkurung dengan ide aborsi yang mneyesatkan...Saya sedih membayangkan betapa banyak orang yang rela melakukan apapun, mengeluarkan dana sebesar apapun, bolak balik periksa ke obgyn atau klinik kesuburan manapun agar bisa mendapatkan anugerah seorang anak. Sementara ada orang yang begitu mudah diberi anugerah anak, tapi menyianyiakannya dengan cara yang sadis....hiksssss......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar