Salah satu buah favoritku adalah Pepaya. Bisa jadi hal ini disebabkan seringnya Saya terkena konstipasi alias sembelit, jadi selalu disarankan makan Pepaya sebanyak-banyaknya biar cepat plong. Saya tergila-gila pada Pepaya. Kalau lihat buah berwarna kuning ini , air liur langsung terbit. Hingga akhirnya tak hanya pada buahnya Saya tergila-gila, melainkan juga pada pohon Pepaya.
Pepaya (Carica papaya L.) berasal dari Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan. Nama Pepaya dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Belanda ‘’Papaja’’. Dalam bahasa Jawa Pepaya disebut ‘’kates’’, dan dalam bahasa Sunda disebut ‘’gedang’’ (http://id.wikipedia.org/wiki/Pepaya)
Awalnya Saya hanya membeli Pepaya yang sudah matang di pasar tradisional atau kadang juga di pasar buah. Hanya saja kadang Saya kecewa karena rasanya tidak manis meski warnanya terlihat menggiurkan. Nah, pada suatu hari tetangga depan rumah memberikan Saya sebuah Pepaya yang rasanya manis sekali...suegerrrr...warnanya juga kuning kemerahan begitu mengundang selera. Belum lagi ukurannya lumayan besar. ‘’yang begini nih yang aku cari’’ pikirku. Lantaran jatuh cinta pada Pepaya si tetangga, Saya bertekad untuk menanam biji nya. Jadilah sore itu Saya menebarkan seluruh biji Pepaya manis tersebut di kiri, kanan, dan belakang rumah. Sambil menebarkan bijinya, Saya benar-benar meniatkan dan mendoakan agar si Pepaya bisa tumbuh subur dan berbuah semanis dan seelok Pepaya asalnya. Sejak saat itu, setiap kali makan Pepaya yang manis, langsung Saya tebarkan bijinya di tempat yang sama. Biarlah mereka berlomba-lomba tumbuhnya.
Beberapa bulan kemudian, setelah penantian yang panjang (lebay yah..heheh), akhirnya mulai nampak tanda-tanda kehidupan dari si Pepaya. Mula-mula sejengkal,terus bertambah jadi selutut,terus...dan terus tumbuh, sampai tingginya melewati tinggiku. Memang sih, dari berpuluh-puluh biji pepaya yang Saya tabur tentu tidak semua bisa survive tumbuh besar. Paling tidak ada sekitar 11 pohon yang bisa tumbuh. Senang bukan kepalang saat Pepaya idamanku mulai besar, makin hari makin ranum. Dan akhirnya, tibalah saat memetik buah pertama. Eng..Ing..eng...tradaaa....setelah disimpan dua hari, Pepayanya di Kupas, dan kurasakan sensasi buah pertama yang semanis Saya..eh, salah...semanis buah asalnya..hehehe...
Kesebelasan tim pohon Pepayaku ternyata ada yang mempunyai kisah romantisme. Misalnya, Pepaya yang di belakang rumah. Wuih lagi ranum-ranumnya, sudah kubayangkan bakal memetik keempat buahnya yang nampak singset itu,kutunggu beberapa hari lagi agar lebih afdol. Eitss...begitu mau dipetik, Pepayanya raib tak bersisa. Ternyata tukang yang mengerjakan kanopi di rumahku punya hasrat yang sama denganku pada papaya itu dan tak sanggup menahan godaannya. Hiksss.....urut dada berusaha ikhlas meski dalam hati sempat teriak ‘’kok diambil semua siiihh???sisain dua kek’’.
Ada lagi kisah Pepaya yang pohonnya kurus dan kerdil. Sudah begitu, dia dianiaya pula oleh anak-anak yang lewat samping rumah hingga akhirnya hampir mati. Untung segera dipindahkan ke tempat lain yang Saya anggap lebih subur. Yeeaayyy....Pohonnya bisa survive, bahkan lebih subur dan buahnya lebih gede dibandingkan teman-temannya yang lain. Semangat hidupmu patut ditiru, Pepayaku...
Memiliki Pohon Pepaya bisa jadi ladang kebaikan loh..heheh...Agak berbeda dengan pohon buah lain yang harus tunggu matang baru bisa dibagi-bagikan ke para tetangga. Nah, kalau Pepaya, meski masih muda, ada saja tetangga yang datang minta buahnya untuk disayur. Atau kalau ada yang ingin masak daging, biar cepat lunak, mereka tak segan-segan meminta daunnya padaku. Bahkan pernah ada yang meminta daunnya untuk obat. Ternyata daun papaya berkhasiat untuk menambah nafsu makan, mengontrol tekanan darah, nyeri haid, sampai obat jerawat. Intinya, mulai dari daun, buah,biji, akar sampai kulit nya memiliki manfaat yang luar biasa. Makanya siapa saja yang membutuhkan Pohon Pepaya, ketuk saja pintu rumahku, dengan senang hati kuberikan. Bukankah sudah seharusnya kita memberikan manfaat, kasih sayang dan kebaikan pada sesama, apapun bentuknya ?tentu saja itu bisa kita wujudkan salah satunya dengan menanam Pohon Pepaya. Sesederhana itu.
Tulisan ini diikutsertakan pada ''Give Away : Aku dan Pohon '' Periode 1 Agustus - 15 September 2013
pepayanya montok-montok mba. saya ga pernah berhasil nanam pepaya. ada satu yg jd pohon, tp mandul.
BalasHapusiya tuh...saking montoknya banyak yg gemess...heheh....mungkin saya berjodoh dengan pepaya hehe...atau waktu menebar bibitnya emang bener2 diniatkan....ayo nanam lagi,Mbak....makasih komennya ya...
HapusPepayanya gede-gede banget ya... :O
BalasHapuspadahal ga pake pupuk apa apaloh...mungkin karena sejak kecil sering diliatin atau sering nyanyi dekat2 pohonnya....semoga pohonnya ga rubuh sebelum pepayanya masak..habis keberatn buah sihh.....*kalau rumahnya dekat, aku kirimkan deh mbak* hehehhe...Makasih komennya ya...:D
HapusMbak ini jenis pepaya apa ya? Salam kenal mbak, kunjungan perdana ke blog niech ^^ Salam Nilam.
BalasHapuswaduh..kalau jenisnya saya ga tau tuh, Mbak..tahunya makan doang heheh....makasih komen n kunjungannya yaa....:D
HapusWua...mantab Mak..pepayanya..gede2 amat yach..jenis apa itu?..
BalasHapusYa ya...besar banget pepayanya, hehe...tanyanya idem ma aku mbak..jenis apa itu?
HapusMbak Diah didi dan Moocensusan yang baik....maaf sekali sy nggak tau jenis pepayanya apa....emang gede sih...kemaren buah pertamanya sy petik beratnya hampir 5 kilo...panjangnya sekitar 50cm...mungkin jenisnya pepaya raksasa...hehehhe...makasih komennya yaaa....
Hapusuuh, kasian yah pepayanya di embat sama abang tukang..
BalasHapusBagi dong biji buah bibitnya... pepayaku mandul...sekalinya tumbuh gak manis jadi aku yebang deh . Belon ketemu bibit unggul lagi. Pepayamu gede2 banget
BalasHapus