Pagi ini Saya terbangun dengan ‘’keramaian’’ blackberry yang mulai lancar lalu lintasnya setelah beberapa pekan ibarat keong keberatan cangkangnya. Bahkan para pelanggan RIM harus kecele karena sama sekali tidak bisa memaksimalkan gadget pintar ini. Bisa dimaklumi bila kami, para pelanggan yang teraniaya, ingin balas dendam hari ini menikmati signal kencang. Terkejut!!!.Itu yang saya rasakan saat membaca status beberapa teman yang intinya : Pasar Korem Kendari Terbakar.
Pasar Korem adalah pasar tradisional yang letaknya di samping markas Korem 143 Haluoleo,atau lebih gampangnya di belakang Mall Mandonga. Ada yang bilang pasar ini Ilegal karena pasar yang diakui adalah pasar basah Mall Mandonga. Namun entah kenapa pasar Korem terus eksis, dan lebih digandrungi pembeli dibandingkan pasar dalam mall basah itu sendiri. Polemik mengenai kedua pasar bertetangga ini sudah sering terjadi, namun tak kunjung ada solusinya.
Laras, salah seorang teman kantor di seksi pemberitaan ternyata sudah berada di TKP pagi ini. Saya melihat foto BBnya berganti dari foto berdua calon suaminya, menjadi foto salah satu bagian kebakaran. Saya langsung bbm dia, biasalah untuk tanya-tanya kondisi terkini alias laporan pandangan mata. Berikut obrolan saya dengan laras via bbm
Saya : kasiannya pasar korem...rata dih...
Laras : Ieee....HBis
Saya : jam brp kasian
Laras: Dr Jam 2. BarU cPaT sKLI mnJalar aPInya
Saya : masyaAllah..:’(
Laras : KTny aD Org BaKar...HuuuuU, KLu KTa DsINI TErsayaT2 JGa PErasaanTa
Saya : selalu begitu isunya...kasiannya deh
Laras : PnJUal2 mO Pgsan m smUa
Saya : Ujiaaannn.....
Yah...ini ujian pasti. Belum kering sisa lumpur banjir yang menerjang beberapa kawasan pemukiman di kota Kendari kurang lebih sepekan yang lalu, kini ujian itu hadir lagi khususnya bagi para pedagang Pasar Korem berupa kebakaran yang meratakan seluruh pasar tersebut. Tak hanya fisik pasar yang porak poranda, namun psikis para pedagang bisa jadi jauh Lebih `luluh lantak. Modal habis terbakar,harus memulai dari awal lagi, entah kapan bisa berdagang lagi dan seterusnya. Pasti berat...sangat berat...
Saya berkaca pada diri saya sendiri, kemarin saya merasa menjadi orang yang paling sedih dimuka bumi ini. Dunia terasa memilukan dengan ujian yang datang (maaf, tidak bisa saya ceritakan). Sesak rasanya. Seharian saya menahan gejolak kesedihan mengingat sedang berpuasa. Saya kuat-kuatkan agar puasaku tetap terjaga. Setelah berbuka puasa, di sujud terakhir magrib, saya tidak kuasa menahan tangis. Yeah...saya menangis...Entah kapan terakhir saya menangis, rasanya sudah cukup lama. Tanggul tangguh akhirnya jebol...Namun hari ini saya merasa ujian itu tidak ada apa-apanya dibanding dengan ujian para pedagang yang mendapati kios mereka hangus terbakar tak bersisa. Kesedihan kemarin saya tak ada seujung kuku dari apa yang mereka rasakan hari ini. Saya masih beruntung hanya mendapat cubitan kecil sementara mereka, pukulan besar mendera di sekujur jiwa dan raganya.
Seorang teman, via BBM mengirimkan kaliamt-kalimat yang sakti, saat saya menulis ...ujian, don’t cry..it’s OK...sebagai status BB saya kemarin.
‘’ Ujian/cobaan itu tanda cintaNYA pada hamba yg dicintaiNYA, karena DIA Maha Tahu bahwa kita sanggup melewatinya.
‘’Jika Allah menginginkan kebaikan kepada seseorang, Allah akan memberinya cobaan ‘’(HR Al Bukhari)
‘’Ketika kehiduan memberimu SERIBU alasan untuk MENANGIS, tunjukan KITA mempunyai SEJUTA alasan untuk TERSENYUM.’’
Kalimat-kalimat tersebut berhasil membangkitkan semangat saya hingga tak larut terlalu dalam kesedihan tak berujung. Meski saya sempat menangis, namun hari itu berhasil saya tutup dengan keikhlasan (semoga bisa disebut begitu). Teringat Mario Teguh bilang, Tak perlu memberikan bobot berat pada pikiran-pikiran yang buruk. Itu semua yang menguatkan dan menutup edisi cengeng kemarin.
Semoga para pedagang pasar korem yang terkena musibah hari ini, bisa pula bersegera bangkit. Meski berat...meski tak mudah...
**terima kasih untuk teman-teman yang memberikan ikon pelukan,kalimat motivasi, dan kisah-kisah inspiratif via BBM**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar