Assalamualaikum...
Sedang menyelesaikan tulisan soal Ramadan nih....tapi belum kelar (tepatnya belum jua dikelarkan). Nah, pagi ini saya ketemu blog saya yang dulu. Setelah dibaca ulang, ternyata ada tulisan yang sayang kalau tidak dimuat disini. Makanya saya re-post saja di blog ini. Ini dia postingan yang saya tulis 18 Januari 2009. Happy reading....:)
Thanks To ARHAM KENDARI (RUSAK POLA)
Pertengahan 2008 lalu, saat mengikuti sebuah seminar motivasi, Pak Zainal Arifin dari Za resources memberikan tips dalam menghadapi masalah. Salah satu cara yang ternyata ampuh adalah dengan RUSAK POLA. Sederhananya, saat punya masalah kita seharusnya mengalihkan fokus pikiran dari segala sesuatu yang membuat kita illfil ke hal yang menyenangkan. Apapun bentuknya. Makanya pas lagi bete, cara ini kembali memperlihatkan keampuhannya beberapa waktu lalu. Apa hubungannya dengan penulis buku Jakarta Under Kompor (JUK), ARHAM RASYID ?Begini ceritanya...,beberapa waktu lalu, saya berkesempatan mewawancarai penulis buku kebanggaan kota kendari itu (ciehhh...) tentang komunitas blogger Kendari. Singkat cerita, selang beberapa pekan, iseng, saya coba sms spesialis saraf geli ini, (swear, saat itu memang lagi illfil)
"Assalamualaikum. Apa kabar? mudah2an masih ingat, lala pro2. Kita pernah interview a couple weeks ago. Do I disturb you ?"
Setelah beberapa saat......
" Waalaikumsalam. Alhamdulillah baek2ji. Thengkyu. Saya di kantor, tapi ndak mengganggu ji. Ada apa nih, la ? "
Balasannya......
" Tadi saya buka blog ta' (jadi lebih sering akhir-akhir ini)liat2 foto pulau Baho. Luar biasa. Ada rencana kesana lagi ? ajak dong"
Arham lagi......
" Ha..ha..ha...sa kira mau diajak interview lagi (ngarep.com). insyaAllah, kalo teman2yang diluar kota ngumpul lg tahun ini nanti kita ajak. Sa save ur number deh "
Saya tulis lagi.....
"Thanks a lot. Thanks untuk semua tulisan ta'. Trully inspiring n entertaining. So smart u are. Met kerja "
Yang terakhir dari Arham....
" Tengkyuuu...."
Yapp...hanya dengan sms-sms itu, pikiran yang tadinya bagaikan benang kusut bisa lebih rileks dan hati juga lebih ringan. Tentu bukan karena faktor Arhamnya saja, melainkan fokus yang beralih dari masalah yang mendera ke sesuatu yang lebih ringan (dan menyenangkan). Rusak pola. Anda mungkin punya cara merusak pola yang berbeda dan lebih baik atau cocok, silahkan saja. Yang pasti, cara ini sangat membantu. Just Try it......
** hingga saat ini Arham Kendari sudah menghasilkan dua buku best seller, yaitu Jakarta Under Kompor dan Dumba-dumba Gleter....Grab it fast...:D
Rabu, 31 Juli 2013
Rabu, 24 Juli 2013
...Tangguh Tak Berarti Tak Menangis...
Pagi ini Saya terbangun dengan ‘’keramaian’’ blackberry yang mulai lancar lalu lintasnya setelah beberapa pekan ibarat keong keberatan cangkangnya. Bahkan para pelanggan RIM harus kecele karena sama sekali tidak bisa memaksimalkan gadget pintar ini. Bisa dimaklumi bila kami, para pelanggan yang teraniaya, ingin balas dendam hari ini menikmati signal kencang. Terkejut!!!.Itu yang saya rasakan saat membaca status beberapa teman yang intinya : Pasar Korem Kendari Terbakar.
Pasar Korem adalah pasar tradisional yang letaknya di samping markas Korem 143 Haluoleo,atau lebih gampangnya di belakang Mall Mandonga. Ada yang bilang pasar ini Ilegal karena pasar yang diakui adalah pasar basah Mall Mandonga. Namun entah kenapa pasar Korem terus eksis, dan lebih digandrungi pembeli dibandingkan pasar dalam mall basah itu sendiri. Polemik mengenai kedua pasar bertetangga ini sudah sering terjadi, namun tak kunjung ada solusinya.
Laras, salah seorang teman kantor di seksi pemberitaan ternyata sudah berada di TKP pagi ini. Saya melihat foto BBnya berganti dari foto berdua calon suaminya, menjadi foto salah satu bagian kebakaran. Saya langsung bbm dia, biasalah untuk tanya-tanya kondisi terkini alias laporan pandangan mata. Berikut obrolan saya dengan laras via bbm
Saya : kasiannya pasar korem...rata dih...
Laras : Ieee....HBis
Saya : jam brp kasian
Laras: Dr Jam 2. BarU cPaT sKLI mnJalar aPInya
Saya : masyaAllah..:’(
Laras : KTny aD Org BaKar...HuuuuU, KLu KTa DsINI TErsayaT2 JGa PErasaanTa
Saya : selalu begitu isunya...kasiannya deh
Laras : PnJUal2 mO Pgsan m smUa
Saya : Ujiaaannn.....
Yah...ini ujian pasti. Belum kering sisa lumpur banjir yang menerjang beberapa kawasan pemukiman di kota Kendari kurang lebih sepekan yang lalu, kini ujian itu hadir lagi khususnya bagi para pedagang Pasar Korem berupa kebakaran yang meratakan seluruh pasar tersebut. Tak hanya fisik pasar yang porak poranda, namun psikis para pedagang bisa jadi jauh Lebih `luluh lantak. Modal habis terbakar,harus memulai dari awal lagi, entah kapan bisa berdagang lagi dan seterusnya. Pasti berat...sangat berat...
Saya berkaca pada diri saya sendiri, kemarin saya merasa menjadi orang yang paling sedih dimuka bumi ini. Dunia terasa memilukan dengan ujian yang datang (maaf, tidak bisa saya ceritakan). Sesak rasanya. Seharian saya menahan gejolak kesedihan mengingat sedang berpuasa. Saya kuat-kuatkan agar puasaku tetap terjaga. Setelah berbuka puasa, di sujud terakhir magrib, saya tidak kuasa menahan tangis. Yeah...saya menangis...Entah kapan terakhir saya menangis, rasanya sudah cukup lama. Tanggul tangguh akhirnya jebol...Namun hari ini saya merasa ujian itu tidak ada apa-apanya dibanding dengan ujian para pedagang yang mendapati kios mereka hangus terbakar tak bersisa. Kesedihan kemarin saya tak ada seujung kuku dari apa yang mereka rasakan hari ini. Saya masih beruntung hanya mendapat cubitan kecil sementara mereka, pukulan besar mendera di sekujur jiwa dan raganya.
Seorang teman, via BBM mengirimkan kaliamt-kalimat yang sakti, saat saya menulis ...ujian, don’t cry..it’s OK...sebagai status BB saya kemarin.
‘’ Ujian/cobaan itu tanda cintaNYA pada hamba yg dicintaiNYA, karena DIA Maha Tahu bahwa kita sanggup melewatinya.
‘’Jika Allah menginginkan kebaikan kepada seseorang, Allah akan memberinya cobaan ‘’(HR Al Bukhari)
‘’Ketika kehiduan memberimu SERIBU alasan untuk MENANGIS, tunjukan KITA mempunyai SEJUTA alasan untuk TERSENYUM.’’
Kalimat-kalimat tersebut berhasil membangkitkan semangat saya hingga tak larut terlalu dalam kesedihan tak berujung. Meski saya sempat menangis, namun hari itu berhasil saya tutup dengan keikhlasan (semoga bisa disebut begitu). Teringat Mario Teguh bilang, Tak perlu memberikan bobot berat pada pikiran-pikiran yang buruk. Itu semua yang menguatkan dan menutup edisi cengeng kemarin.
Semoga para pedagang pasar korem yang terkena musibah hari ini, bisa pula bersegera bangkit. Meski berat...meski tak mudah...
**terima kasih untuk teman-teman yang memberikan ikon pelukan,kalimat motivasi, dan kisah-kisah inspiratif via BBM**
Pasar Korem adalah pasar tradisional yang letaknya di samping markas Korem 143 Haluoleo,atau lebih gampangnya di belakang Mall Mandonga. Ada yang bilang pasar ini Ilegal karena pasar yang diakui adalah pasar basah Mall Mandonga. Namun entah kenapa pasar Korem terus eksis, dan lebih digandrungi pembeli dibandingkan pasar dalam mall basah itu sendiri. Polemik mengenai kedua pasar bertetangga ini sudah sering terjadi, namun tak kunjung ada solusinya.
Laras, salah seorang teman kantor di seksi pemberitaan ternyata sudah berada di TKP pagi ini. Saya melihat foto BBnya berganti dari foto berdua calon suaminya, menjadi foto salah satu bagian kebakaran. Saya langsung bbm dia, biasalah untuk tanya-tanya kondisi terkini alias laporan pandangan mata. Berikut obrolan saya dengan laras via bbm
Saya : kasiannya pasar korem...rata dih...
Laras : Ieee....HBis
Saya : jam brp kasian
Laras: Dr Jam 2. BarU cPaT sKLI mnJalar aPInya
Saya : masyaAllah..:’(
Laras : KTny aD Org BaKar...HuuuuU, KLu KTa DsINI TErsayaT2 JGa PErasaanTa
Saya : selalu begitu isunya...kasiannya deh
Laras : PnJUal2 mO Pgsan m smUa
Saya : Ujiaaannn.....
Yah...ini ujian pasti. Belum kering sisa lumpur banjir yang menerjang beberapa kawasan pemukiman di kota Kendari kurang lebih sepekan yang lalu, kini ujian itu hadir lagi khususnya bagi para pedagang Pasar Korem berupa kebakaran yang meratakan seluruh pasar tersebut. Tak hanya fisik pasar yang porak poranda, namun psikis para pedagang bisa jadi jauh Lebih `luluh lantak. Modal habis terbakar,harus memulai dari awal lagi, entah kapan bisa berdagang lagi dan seterusnya. Pasti berat...sangat berat...
Saya berkaca pada diri saya sendiri, kemarin saya merasa menjadi orang yang paling sedih dimuka bumi ini. Dunia terasa memilukan dengan ujian yang datang (maaf, tidak bisa saya ceritakan). Sesak rasanya. Seharian saya menahan gejolak kesedihan mengingat sedang berpuasa. Saya kuat-kuatkan agar puasaku tetap terjaga. Setelah berbuka puasa, di sujud terakhir magrib, saya tidak kuasa menahan tangis. Yeah...saya menangis...Entah kapan terakhir saya menangis, rasanya sudah cukup lama. Tanggul tangguh akhirnya jebol...Namun hari ini saya merasa ujian itu tidak ada apa-apanya dibanding dengan ujian para pedagang yang mendapati kios mereka hangus terbakar tak bersisa. Kesedihan kemarin saya tak ada seujung kuku dari apa yang mereka rasakan hari ini. Saya masih beruntung hanya mendapat cubitan kecil sementara mereka, pukulan besar mendera di sekujur jiwa dan raganya.
Seorang teman, via BBM mengirimkan kaliamt-kalimat yang sakti, saat saya menulis ...ujian, don’t cry..it’s OK...sebagai status BB saya kemarin.
‘’ Ujian/cobaan itu tanda cintaNYA pada hamba yg dicintaiNYA, karena DIA Maha Tahu bahwa kita sanggup melewatinya.
‘’Jika Allah menginginkan kebaikan kepada seseorang, Allah akan memberinya cobaan ‘’(HR Al Bukhari)
‘’Ketika kehiduan memberimu SERIBU alasan untuk MENANGIS, tunjukan KITA mempunyai SEJUTA alasan untuk TERSENYUM.’’
Kalimat-kalimat tersebut berhasil membangkitkan semangat saya hingga tak larut terlalu dalam kesedihan tak berujung. Meski saya sempat menangis, namun hari itu berhasil saya tutup dengan keikhlasan (semoga bisa disebut begitu). Teringat Mario Teguh bilang, Tak perlu memberikan bobot berat pada pikiran-pikiran yang buruk. Itu semua yang menguatkan dan menutup edisi cengeng kemarin.
Semoga para pedagang pasar korem yang terkena musibah hari ini, bisa pula bersegera bangkit. Meski berat...meski tak mudah...
**terima kasih untuk teman-teman yang memberikan ikon pelukan,kalimat motivasi, dan kisah-kisah inspiratif via BBM**
Senin, 22 Juli 2013
Galau Ala2 Relawan
Assalamualaikum... Hari ini (kemarin,pen) saya membaca sebuah harian lokal, dengan head line : Moramo Masih Mandi Lumpur. Saya jadi ingat ‘’utang’’ tulisan saat Saya dan dua rekan lainnya melakukan perjalanan ala ala relawan banjir ke wilayah tersebut. Yap, tanggal 19 Juli lalu kami berangkat ke Moramo dengan tujuan membagikan bantuan ala kadarnya hasil kemurahan hati teman-teman yang masih peduli dengan penderitaan para korban banjir. Kami tidak berada di bawah bendera apapun, hanya dituntun oleh kepedulian serta hati nurani yang miris. Berdasarkan laporan seorang teman yang sempat ke sana sebelumnya, banjir di Moramo memang parah. Diperparah lagi bantuan yang belum sampai disana. Jadilah kami bertiga memakai dress code relawan yang semoga saja tidak kesiangan.
Kami berangkat memang sudah agak siang (jam 11an krn beberapa kali kami singgah mengambil bantuan lain, atau membeli tambahannya), ditambah lagi Ilman harus singgah jumatan, dan saya juga salat di rumah salah seorang warga, maka kami sampai di Desa Lamokula, Kecamatan Moramo Selatan sekitar pukul 13.30 WITA. Dari jauh kami sudah bisa melihat tanda-tanda kalau desa itu parah banjirnya. Pohon-pohon yang harusnya hijau, justru menjadi coklat bersalut sisa lumpur. Rumah pertama yang kami dapati berada di depan jalan poros, kacau se kacau acaunya. Halaman penuh lumpur, barang-barang berupa pakaian basah, alat-alat rumah tangga dan sebagainya berserakan di depan rumah. Meski rumah itu bermodel panggung ternyata ketinggian air mencapai pintu masuk rumah. Bisa dibayangkan, kan ?itu artinya air banjir mencapai kurang lebih 6-7 meter, saudara-saudara!!
Selanjutnya kami maju ke rumah-rumah lainnya. Tidak mau kalah kacau, dibagian ini kami pun mendapati kesemrawutan akibat ulah banjir nan menggemaskan. Lumpur semata kaki nampak lengket disekujur tubuh para warga yang mulai membersihkan rumahnya (saya ndak ngerti harus dari mana membersihkan rumah dengan kondisi mengenaskan itu). Mereka mencoba mengusir lumpur dengan menyiramnya menggunakan air kali yang keruh. Hasilnya tentu tidak maksimal , namun hanya itu yang bisa mereka lakukan agar harapan segera menempati rumah mereka lagi dapat terwujud. Yang lebih mengenaskan lagi, Nampak beberapa rumah yang bergeser dari pondasinya. Ada juga rumah papan yang miring, bahkan ada kios yang jungkir balik akibat air bah. Konon ketika banjir mencapai puncaknya, warga sampai harus naik ke atas atap rumah karena air terus meninggi. Mereka dijemput dengan perahu menuju ke pengungsian. Epic mereka tak hanya sampai disitu. Usai banjir mereda, mereka harus bertempur melawan lumpur. Pagi mereka membersihkan rumah, dan jelang malam hari mereka kembali ke pengungsian yang ada di sekolah-sekolah, rumah penduduk yang tak terkena banjir, bahkan ada yang mendirikan tenda darurat seadanya di tempat yang terbilang cukup tinggi dan aman. Beberapa kali saya menarik nafas panjang mencoba membebaskan rasa sedih yang terkurung di dada. Sesak. Bahkan Mbak Cahaya, yang ternyata lebih melankolis, tidak bisa membendung air mata melihat penderitaan mereka.
Sadar kalau kami datang menbawa bantuan, mereka tanpa malu-malu segera menghampiri, menerima pakaian, mie instan, ikan kaleng,beras, sarung dan selimut yang kami bagikan. Kami mencoba menyambung rasa dengan mereka, bertanya bagaimana kondisinya (meski tahu jawaban yang diperoleh seperti apa *penuh keluhan*), apa saja yang mereka butuhkan, dan membiarkan beberapa diantara mereka mereka ulang kronologis banjir terbesar itu. Usai membagikan semua bantuan yang kami bawa, perlahan kami beranjak dari Desa Lamokula. Perjalanan pulang kami isi dengan janji hati kami akan kembali dengan bantuan yang lebih banyak, dan lebih rinci sesuai kebutuhan mereka. Kami menyadari, kami tak bisa bergerak sendiri. Perlu lebih banyak tangan yang terulur agar kebutuhan mereka bisa lebih terpenuhi utamanya di masa-masa memprihatinkan seperti sekarang.
***Malam itu, sepulang dari episode relawan,hujan turun lagi. Badanku berbaring di atas kasur, namun pikiranku melayang ke Desa Lamokula. Jangankan menikmati kasur empuk untuk melepas kepenatan mereka malam ini, justru mereka pasti tengah galau berselimut trauma bilakah banjir datang lagi. Kegalauan makin mendera,berbanding lurus dengan hujan yang makin menderas***
Kami berangkat memang sudah agak siang (jam 11an krn beberapa kali kami singgah mengambil bantuan lain, atau membeli tambahannya), ditambah lagi Ilman harus singgah jumatan, dan saya juga salat di rumah salah seorang warga, maka kami sampai di Desa Lamokula, Kecamatan Moramo Selatan sekitar pukul 13.30 WITA. Dari jauh kami sudah bisa melihat tanda-tanda kalau desa itu parah banjirnya. Pohon-pohon yang harusnya hijau, justru menjadi coklat bersalut sisa lumpur. Rumah pertama yang kami dapati berada di depan jalan poros, kacau se kacau acaunya. Halaman penuh lumpur, barang-barang berupa pakaian basah, alat-alat rumah tangga dan sebagainya berserakan di depan rumah. Meski rumah itu bermodel panggung ternyata ketinggian air mencapai pintu masuk rumah. Bisa dibayangkan, kan ?itu artinya air banjir mencapai kurang lebih 6-7 meter, saudara-saudara!!
Selanjutnya kami maju ke rumah-rumah lainnya. Tidak mau kalah kacau, dibagian ini kami pun mendapati kesemrawutan akibat ulah banjir nan menggemaskan. Lumpur semata kaki nampak lengket disekujur tubuh para warga yang mulai membersihkan rumahnya (saya ndak ngerti harus dari mana membersihkan rumah dengan kondisi mengenaskan itu). Mereka mencoba mengusir lumpur dengan menyiramnya menggunakan air kali yang keruh. Hasilnya tentu tidak maksimal , namun hanya itu yang bisa mereka lakukan agar harapan segera menempati rumah mereka lagi dapat terwujud. Yang lebih mengenaskan lagi, Nampak beberapa rumah yang bergeser dari pondasinya. Ada juga rumah papan yang miring, bahkan ada kios yang jungkir balik akibat air bah. Konon ketika banjir mencapai puncaknya, warga sampai harus naik ke atas atap rumah karena air terus meninggi. Mereka dijemput dengan perahu menuju ke pengungsian. Epic mereka tak hanya sampai disitu. Usai banjir mereda, mereka harus bertempur melawan lumpur. Pagi mereka membersihkan rumah, dan jelang malam hari mereka kembali ke pengungsian yang ada di sekolah-sekolah, rumah penduduk yang tak terkena banjir, bahkan ada yang mendirikan tenda darurat seadanya di tempat yang terbilang cukup tinggi dan aman. Beberapa kali saya menarik nafas panjang mencoba membebaskan rasa sedih yang terkurung di dada. Sesak. Bahkan Mbak Cahaya, yang ternyata lebih melankolis, tidak bisa membendung air mata melihat penderitaan mereka.
Sadar kalau kami datang menbawa bantuan, mereka tanpa malu-malu segera menghampiri, menerima pakaian, mie instan, ikan kaleng,beras, sarung dan selimut yang kami bagikan. Kami mencoba menyambung rasa dengan mereka, bertanya bagaimana kondisinya (meski tahu jawaban yang diperoleh seperti apa *penuh keluhan*), apa saja yang mereka butuhkan, dan membiarkan beberapa diantara mereka mereka ulang kronologis banjir terbesar itu. Usai membagikan semua bantuan yang kami bawa, perlahan kami beranjak dari Desa Lamokula. Perjalanan pulang kami isi dengan janji hati kami akan kembali dengan bantuan yang lebih banyak, dan lebih rinci sesuai kebutuhan mereka. Kami menyadari, kami tak bisa bergerak sendiri. Perlu lebih banyak tangan yang terulur agar kebutuhan mereka bisa lebih terpenuhi utamanya di masa-masa memprihatinkan seperti sekarang.
***Malam itu, sepulang dari episode relawan,hujan turun lagi. Badanku berbaring di atas kasur, namun pikiranku melayang ke Desa Lamokula. Jangankan menikmati kasur empuk untuk melepas kepenatan mereka malam ini, justru mereka pasti tengah galau berselimut trauma bilakah banjir datang lagi. Kegalauan makin mendera,berbanding lurus dengan hujan yang makin menderas***
Minggu, 21 Juli 2013
**hepibesdey** ^__^
Assalamualaikum.... Dari blog seorang teman, saya membaca salah satu tulisan lamanya. Saya memang paling rajin membongkar-bongkar blog teman yang satu ini. Bisa jadi karena dia salah satu teman dekat yang paling bagus tulisan blognya. Artinya, tulisannya ‘’bergizi’’. Di samping itu ada beberapa tulisannya yang mencantumkan namaku. :P (ini sekedar info ya...*kedipkedipmata*)
Di salah satu tulisannya, ada yang mencantumkan penggalan cerpen ‘’Suamiku Jatuh Cinta pada Jam Dinding’’ karya Arswendo. Kalimatnya seperti ini : “Bahwa sebenarnya kesetiaan itu bukan diukur apakah seseorang berkhianat atau tidak, melainkan apakah ia kembali lagi atau tidak.”. Dibagian lain ada kalimat penggalan lain masih dari cerpen yang sama yaitu : “Sebagaimana kematian adalah bagian dari kehidupan, demikian juga patah hati atau sakit hati adalah bagian yang sama dengan jatuh cinta. Kalau kamu pernah mengalami sakit hati, cintamu akan menjadi sempurna.”. hmmm....penggalan yang menarik, kan??daleemm banget menurutku. Makanya, setelah khatam baca tulisan blog temanku itu, Saya langsung googling mencari bagian utuh dari cerpen tersebut.
Saya tidak terlalu pintar memaparkan mengapa sebuah cerpen bagus,menarik dan seterusnya. Yang saya bisa katakan adalah cerpennya memang bagus dan menarik. Ada pertanyaan yang menggayut di benakku, kok penulis memilih JAM DINDING sebagai objek yang dijatuhi cinta ??Kalau ada yang tahu kenapa, unjuk tangan dunk...heheh (bagi infonya getoo)
Tapi sungguh, terdapat kalimat-kalimat sakti yang indah dalam cerpen tersebut. Maksudnya indah, selain susunan kalimatnya memukau, juga butuh penalaran yang bisa membius hasilnya. Misalnya kalimat yang diungkapkan sang Suami pada istrinya saat istri merasa akan sangat sakit bila suaminya berkhianat : “Sebetulnya sama saja. Hanya saja sebutan suamiku, menunjukkan kepemilikanmu, jadinya terasa lebih menyakitkan.” Tanpa kita sadari, perasaan sakit ketika kita kehilangan seseorang atau sesuatu disebabkan kita memiliki rasa memilikinya. Makin besar rasa memiliki, makin sakit pula rasanya. Padahal, mengutip kata Quraish shihab, di program Tafsir Al Misbah, METRO TV beberapa subuh yang lalu, kita tidak pernah memiliki apapun...kita lahir tidak membawa apapun, maka hilangkanlah rasa memiliki agar tidak berat saat kehilangan. Yeah, kita tahu siapa pemilik semua yang kita anggap milik kita selama ini, kan?? Ada juga penggalan menarik lainnya : Menyesal hasil dari pikiran, dari nalar.Dan nalar bahkan tak bisa menjelaskan hal yang paling sederhana dan terjadi pada semua orang: “cinta”. Iiihh.... so sweet banget yah...dibagian lain ada kalimat ini : Sesungguhnya cinta hanya ada dalam pembesaran di pikiran, di perasaan. Cinta tak akan selesai dirumuskan dengan pemikiran.”..atau yang ini : “Seseorang hanya memiliki satu cinta. Seperti air sungai, bisa mengalir ke mana-mana, membelok ke selatan atau ke utara, tapi sebenarnya satu arus saja.” Aduh, kok saya jadi terseret arus romantic ini ya ?mungkin karena saat tulisan ini saya buat, jam di dinding oranye studio menunjukan pukul 23.11 WITA. Ditambahi lagi program radio yang saat ini bergulir adalah lagu-lagu lawas yang super duper romantic, bikin termehek mehek...heheh.
Finally, tulisan ini saya ‘’wajibkan’’ bikin, karena ingin menghadiahkannya buat teman saya yang blognya selalu tersedia untuk saya obrak abrik, teman yang bagi saya bukan sekedar teman, meski bukan pula TTM...dia adalah teman yang istimewa karena saya banyak belajar ke arifan darinya. Teman yang ‘’selalu ada’’ , ‘’selalu dekat’’meski ia jauh tak terjangkau, selalu memahami, teman kepo terbaik....4 bulan ini begitu nano nano dengan hadirnya. Hari ini dia ulang tahun. Jujur ya, kurang lebih 4 bulan juga saya menantikan hari ini....lebay ya saya...itulah saya...begitulah saya menghargai pertemanan ini. Kalau bukan dari blognya bisa jadi saya tak pernah membaca cerpen menarik ini. Hepibesdey.....*icon sembunyi*
*** tulisan ini tidak bisa di up load malam ini karena jaringan tak bersahabat.*** 20 Juli 2013
Di salah satu tulisannya, ada yang mencantumkan penggalan cerpen ‘’Suamiku Jatuh Cinta pada Jam Dinding’’ karya Arswendo. Kalimatnya seperti ini : “Bahwa sebenarnya kesetiaan itu bukan diukur apakah seseorang berkhianat atau tidak, melainkan apakah ia kembali lagi atau tidak.”. Dibagian lain ada kalimat penggalan lain masih dari cerpen yang sama yaitu : “Sebagaimana kematian adalah bagian dari kehidupan, demikian juga patah hati atau sakit hati adalah bagian yang sama dengan jatuh cinta. Kalau kamu pernah mengalami sakit hati, cintamu akan menjadi sempurna.”. hmmm....penggalan yang menarik, kan??daleemm banget menurutku. Makanya, setelah khatam baca tulisan blog temanku itu, Saya langsung googling mencari bagian utuh dari cerpen tersebut.
Saya tidak terlalu pintar memaparkan mengapa sebuah cerpen bagus,menarik dan seterusnya. Yang saya bisa katakan adalah cerpennya memang bagus dan menarik. Ada pertanyaan yang menggayut di benakku, kok penulis memilih JAM DINDING sebagai objek yang dijatuhi cinta ??Kalau ada yang tahu kenapa, unjuk tangan dunk...heheh (bagi infonya getoo)
Tapi sungguh, terdapat kalimat-kalimat sakti yang indah dalam cerpen tersebut. Maksudnya indah, selain susunan kalimatnya memukau, juga butuh penalaran yang bisa membius hasilnya. Misalnya kalimat yang diungkapkan sang Suami pada istrinya saat istri merasa akan sangat sakit bila suaminya berkhianat : “Sebetulnya sama saja. Hanya saja sebutan suamiku, menunjukkan kepemilikanmu, jadinya terasa lebih menyakitkan.” Tanpa kita sadari, perasaan sakit ketika kita kehilangan seseorang atau sesuatu disebabkan kita memiliki rasa memilikinya. Makin besar rasa memiliki, makin sakit pula rasanya. Padahal, mengutip kata Quraish shihab, di program Tafsir Al Misbah, METRO TV beberapa subuh yang lalu, kita tidak pernah memiliki apapun...kita lahir tidak membawa apapun, maka hilangkanlah rasa memiliki agar tidak berat saat kehilangan. Yeah, kita tahu siapa pemilik semua yang kita anggap milik kita selama ini, kan?? Ada juga penggalan menarik lainnya : Menyesal hasil dari pikiran, dari nalar.Dan nalar bahkan tak bisa menjelaskan hal yang paling sederhana dan terjadi pada semua orang: “cinta”. Iiihh.... so sweet banget yah...dibagian lain ada kalimat ini : Sesungguhnya cinta hanya ada dalam pembesaran di pikiran, di perasaan. Cinta tak akan selesai dirumuskan dengan pemikiran.”..atau yang ini : “Seseorang hanya memiliki satu cinta. Seperti air sungai, bisa mengalir ke mana-mana, membelok ke selatan atau ke utara, tapi sebenarnya satu arus saja.” Aduh, kok saya jadi terseret arus romantic ini ya ?mungkin karena saat tulisan ini saya buat, jam di dinding oranye studio menunjukan pukul 23.11 WITA. Ditambahi lagi program radio yang saat ini bergulir adalah lagu-lagu lawas yang super duper romantic, bikin termehek mehek...heheh.
Finally, tulisan ini saya ‘’wajibkan’’ bikin, karena ingin menghadiahkannya buat teman saya yang blognya selalu tersedia untuk saya obrak abrik, teman yang bagi saya bukan sekedar teman, meski bukan pula TTM...dia adalah teman yang istimewa karena saya banyak belajar ke arifan darinya. Teman yang ‘’selalu ada’’ , ‘’selalu dekat’’meski ia jauh tak terjangkau, selalu memahami, teman kepo terbaik....4 bulan ini begitu nano nano dengan hadirnya. Hari ini dia ulang tahun. Jujur ya, kurang lebih 4 bulan juga saya menantikan hari ini....lebay ya saya...itulah saya...begitulah saya menghargai pertemanan ini. Kalau bukan dari blognya bisa jadi saya tak pernah membaca cerpen menarik ini. Hepibesdey.....*icon sembunyi*
*** tulisan ini tidak bisa di up load malam ini karena jaringan tak bersahabat.*** 20 Juli 2013
Selasa, 16 Juli 2013
..Mati Gaya, Mati Kata..
Sejak semalam Saya gelisah. Sebabnya adalah karena tidak bisa membalas beberapa sms yang saya anggap penting karena kehabisan pulsa. Loh, kan tinggal beli pulsa, selesai masalahnya to ?betull.....saya pun sudah bela-belain ditegah hujan yang deras semalam mampir ke langganan beli pulsa saya. Ternyata ga bisa beli pulsa karena adanya gangguan jaringan. Sebelumnya saya juga sudah minta bantuan teman yang jualan pulsa tapi ya masalahnya sama.
Tiba di rumah, teman yang saya anggap penting untuk dibalas smsnya kembali meng sms : ‘’halllooooo.....sms ku tdk masuk ya ???’’. Pastilah saya makin gelisah. Tidak pernah sekalipun sebelumnya saya ‘’cuek’’ dalam hal membalas pesan. Pikiran saya, pasti teman kepo terbaik saya itu gelisah juga karena pertanyaannya sedari tadi tidak saya balas. What can I do ?? Saya bisa apa ?ada akal lain,pinjem HP hubby. Biasanya dia punya cadangan pulsa banyak dan bertahan lama karena ga se-eksis istrinya dalam berpesan ria..hehhehe...Sayang disayang, HP laki-laki yang menjadi pilot di rumah tangga kami selama hampir 9 tahun itu dalam kondisi lowbat. Sama sekali tak bisa dihidupkan. Menunggu??wuaahh...tugas siaran dari jam 3 sore hingga jam 8 malam tadi, ditambah dengan dalam kondisi berpuasa seharian, tentu merontokan stamina. Belum lagi cucian piring dan lantai yang butuh belaian sapu agar enak menginjakan kaki diatasnya. Jadilah semalam dengan teramat sangat terpaksa pesan pertanyaan berantai teman kepo ku itu kuanggurin. A million sorry for that....hikksss..
Pagi ini,of course saya semangat beli pulsa. Pokoknya kudu, harus, wajib hukumnya isi pulsa. Pas mo ngantor, mo telpon taxi, eh...jadi ingat ga ada pulsa...lagi-lagi gelisah...gimana dunk ???terpaksa (lagi) pinjam BB adekku yang masih molor. Minta ijin sama istrinya sih (kan mereka lagi ngungsi dirumah gara-gara banjir). Ternyata pulsanya juga dalam kondisi sekarat. Pas saya bilang ‘’makasih’’ pada operator taxi yang sampai 3 kali memperjelas alamat rumahku, tuuutt..tuuutt...terputus. I am lucky. Meski agak lama, taxinya muncul juga. Eh, pak sopirnya, entah dia lihat saya mirip kotak keluhan kali, dia langsung nyerocos curhat, soal bantuan pemerintah kota yang dianggap lambat untuk korban banjir. Bukan saya kalau tidak ber-empati pada curhat orang lain. Yap, saya curahkan semua kemampuan ter baik ku untuk menjadi pendengar terbaik. Jadilah sepanjang jalan menuju studio kantor RRI Kendari yang rutenya ditempuh kurang lebih 7 menit itu diisi dengan curhat sang Supir Taxi yang ngenes. Oh ya, sempat saya intrupsi sejenak, karena kembali ke tujuan awal yaitu BELI PULSA. Lagi-lagi saya harus kecewa dan (makin) gelisah karena ternyata oh ternyata masih ga bisa !!! OMG...ini kali pertama terjadi dalam peradaban pengiasian pulsaku. Andai bbm ku lancar tentu saya ga segelisah ini. Tanda GSM bener-bener bikin mati gaya.
So,,inilah aku yang gelisah karena tak bisa balas pesan akibat ga bisa isi pulsa karena jaringan bermasalah akut. Sejauh ini Cuma satu pesan yang masuk (namun pesan inilah yang makin bikin gelisah) : ‘’Selamat siaran, jam berapapun itu.’’ Kalian pikir saya lebay ??segitu gelisahnya ga bisa balas pesan gitu doang....bisa jadi,,,,,tapi sungguh, bagi saya sangat penting untuk sekedar membalas pesan ‘’makasih’’. Eh iya,kalau dipikir-pikir ya, gelisah ini ada manfaatnya juga loh...karena dari kegelisahanku lahirlah tulisan yang Anda baca ini. Hehehe. Benar kata Raditya Dika, bahwa salah satu sumber ide kreatif dalam menulis adalah KEGELISAHAN
***didalam studio, saya menatap keluar melalui jendela bening besar....nampak langit mulai mendung lagi....terbayang orang-orang yang berpeluh membersihkan rumah mereka akibat banjir yang merendam...Mereka juga pasti gelisah,trauma musibah kemarin terulang lagi. Kalau boleh berharap :Jangan hujan lagi pliissss....***
..Merayu Hujan..
Assalamualaikum...
Kangen banget sama blog ku....lamaaaaa ga nulis ya...*tepokjidatratusankali*. Kesibukan dan kemalasan menjadi dua hal yang patut dikambinghitamkan untuk tulisan yang tak pernah ditulis..heheh....Hari ini, sambil memandangi hujan yang tak jua berhenti, Meski sudah 3 hari 3 malam ia berkiprah merata di bumi Anoa,sambil membayangkan jalan-jalan yang tergenang air, serta kesemrautan pemukiman yang menjadi titik titik banjir di kotaku ini, Saya mencoba memngompori diri sendiri untuk menulis lagi dengan melihat, membaca dan menerawang (loh kok...) tulisan-tulisan teman-teman . Yap jadilah jariku mulai menyentuh satu per satu tombol-tombol keyboard laptopku.
Hmm...mo ceritacrita soal apa ya?kalau sekarang sih yang paling santer alias jadi hot topic adalah banjir...ada beberapa foto yang di upload teman2 di bebe, fb and tentu saja twitter menggambarkan betapa dahsyatnya banjir kali ini. Sebelumnya Kendari memang sudah pernah dilanda banjir sih, tapi kali ini kayaknya ngefek banget. Belum lagi datangnya di bulan Ramadan. Kebayangkan rempongnya, saat harusnya sahur syahdu,ternyata harus berurusan dengan air yang masuk rumah tanpa diundang dan tanpa bisa dirayu. Ada yang sampai mata kaki,ada yang selutut ada pula yang sedada...Saya tidak melihat langsung sih bagaimana parahnya, hanya menjadi saksi foto-foto yang diabadikan . Ingatan saya ber flash back ke beberapa tahun lalu, waktu belum merit, masih tinggal sama orang tua, masih sekolah. Lupa tahun berapa. Pas lagi tidur nyenyak tiba-tiba berasa basah punggungku,ternyata air sudah sampe di kasur. Bagi saya, yang terberat dari banjir itu adalah melawan rasa jijay pada air berwarna coklat yang dingin menusuk sendi,bebau aneh,dihiasi sampah-sampah aneka ragam. Rasanya ingin berada di atap rumah saja kalau sudah begitu. Sayangnya kita harus menghadapi air bah itu kan?bahkan mesti akrab merelakan kulit kita bersentuhan dengan belaiannya. Barang-barang yang kudu diangkat,dokumen-dokumen yang mesti diselamatkan,de es be. Menjadi alasan kita mesti akrab merelakan kulit kita bersentuhan dengan perpaduan air hujan, air selokan, air kali, dan entah apa lagi. Oh ya, membersihkan sisa sisa banjir dan berdamai dengan bau tak sedap serta merelakan barang-barang tak bisa terpakai akibat banjir juga merupakan hal terberat.
Pengalaman berhadapan dengan banjir itu ternyata tersimpan rapi di memoriku, hingga menjadi alas an dalam mengambil beberapa keputusan. Misalnya saat memutuskan untuk bangun rumah. Tanah tempat berdirinya rumah itu benar-benar dicari yang berada di ketinggian. That’s why saya jatuh cinta pada sebidang tanah yang kini jadi dasar rumahku, karena lokasinya yang tinggi. Meskipun awal membeli tanah itu kesannya berada di hutan saking sepinya. Ada juga teman yang bilang :astaga, kamu kok mau beli tanah disitu?itukan bukan kawasan pembangunan kota. But it’s OK...asal ga banjir. Seperti saat ini, prihatin dengan kawasan perumahan yang banjir di seantero kota yang 5 kali berturut turut dapat Adipura ini. Justru kawasan yang diagung-agungkan sebagai kawasan prioritas pembangunan kota itulah yang parah banjirnya. Setidaknya, rumahku masih bisa menyediakan tempat mengungsi bagi mama,ipar dan adikku serta anak mereka. Malamini masih bisa tidur dan sahur lebih tenang jika dibandingkan dengan mereka yang terkena musibah banjir. Tapi sungguh, jujur, saya tidak setenang itu sebenarnya....pikiranku lumayan tersita pada ‘’penderitaan’’ mereka. Hanya bisa mendoakan agar mereka sabar menghadapi ujian ini....ujian yang datang dalam bentuk hujan.....hikkss....(dalam hujan ada berkah, semoga ujian ini mendatangkan keberkahan...amin) Hari ini beberapa kali saya mengirimkan ikon ‘’peluk’’ pada teman-teman yang kebanjiran. Saya berharap itu bisa menguatkan mereka dan mewakilkan kehadiranku di saat mereka susah.Dengan tulus juga saya mengundang beberapa teman ,siapa tahu mau mengungsi di rumahku. Saya tidak menghitung sudah berapa lama hujan ini tumpah....yang saya tahu ia tidak jua berhenti...how I miss my sunny day..... ***andai tulisan ini bisa merayu hujan untuk berhenti***
Kangen banget sama blog ku....lamaaaaa ga nulis ya...*tepokjidatratusankali*. Kesibukan dan kemalasan menjadi dua hal yang patut dikambinghitamkan untuk tulisan yang tak pernah ditulis..heheh....Hari ini, sambil memandangi hujan yang tak jua berhenti, Meski sudah 3 hari 3 malam ia berkiprah merata di bumi Anoa,sambil membayangkan jalan-jalan yang tergenang air, serta kesemrautan pemukiman yang menjadi titik titik banjir di kotaku ini, Saya mencoba memngompori diri sendiri untuk menulis lagi dengan melihat, membaca dan menerawang (loh kok...) tulisan-tulisan teman-teman . Yap jadilah jariku mulai menyentuh satu per satu tombol-tombol keyboard laptopku.
Hmm...mo ceritacrita soal apa ya?kalau sekarang sih yang paling santer alias jadi hot topic adalah banjir...ada beberapa foto yang di upload teman2 di bebe, fb and tentu saja twitter menggambarkan betapa dahsyatnya banjir kali ini. Sebelumnya Kendari memang sudah pernah dilanda banjir sih, tapi kali ini kayaknya ngefek banget. Belum lagi datangnya di bulan Ramadan. Kebayangkan rempongnya, saat harusnya sahur syahdu,ternyata harus berurusan dengan air yang masuk rumah tanpa diundang dan tanpa bisa dirayu. Ada yang sampai mata kaki,ada yang selutut ada pula yang sedada...Saya tidak melihat langsung sih bagaimana parahnya, hanya menjadi saksi foto-foto yang diabadikan . Ingatan saya ber flash back ke beberapa tahun lalu, waktu belum merit, masih tinggal sama orang tua, masih sekolah. Lupa tahun berapa. Pas lagi tidur nyenyak tiba-tiba berasa basah punggungku,ternyata air sudah sampe di kasur. Bagi saya, yang terberat dari banjir itu adalah melawan rasa jijay pada air berwarna coklat yang dingin menusuk sendi,bebau aneh,dihiasi sampah-sampah aneka ragam. Rasanya ingin berada di atap rumah saja kalau sudah begitu. Sayangnya kita harus menghadapi air bah itu kan?bahkan mesti akrab merelakan kulit kita bersentuhan dengan belaiannya. Barang-barang yang kudu diangkat,dokumen-dokumen yang mesti diselamatkan,de es be. Menjadi alasan kita mesti akrab merelakan kulit kita bersentuhan dengan perpaduan air hujan, air selokan, air kali, dan entah apa lagi. Oh ya, membersihkan sisa sisa banjir dan berdamai dengan bau tak sedap serta merelakan barang-barang tak bisa terpakai akibat banjir juga merupakan hal terberat.
Pengalaman berhadapan dengan banjir itu ternyata tersimpan rapi di memoriku, hingga menjadi alas an dalam mengambil beberapa keputusan. Misalnya saat memutuskan untuk bangun rumah. Tanah tempat berdirinya rumah itu benar-benar dicari yang berada di ketinggian. That’s why saya jatuh cinta pada sebidang tanah yang kini jadi dasar rumahku, karena lokasinya yang tinggi. Meskipun awal membeli tanah itu kesannya berada di hutan saking sepinya. Ada juga teman yang bilang :astaga, kamu kok mau beli tanah disitu?itukan bukan kawasan pembangunan kota. But it’s OK...asal ga banjir. Seperti saat ini, prihatin dengan kawasan perumahan yang banjir di seantero kota yang 5 kali berturut turut dapat Adipura ini. Justru kawasan yang diagung-agungkan sebagai kawasan prioritas pembangunan kota itulah yang parah banjirnya. Setidaknya, rumahku masih bisa menyediakan tempat mengungsi bagi mama,ipar dan adikku serta anak mereka. Malamini masih bisa tidur dan sahur lebih tenang jika dibandingkan dengan mereka yang terkena musibah banjir. Tapi sungguh, jujur, saya tidak setenang itu sebenarnya....pikiranku lumayan tersita pada ‘’penderitaan’’ mereka. Hanya bisa mendoakan agar mereka sabar menghadapi ujian ini....ujian yang datang dalam bentuk hujan.....hikkss....(dalam hujan ada berkah, semoga ujian ini mendatangkan keberkahan...amin) Hari ini beberapa kali saya mengirimkan ikon ‘’peluk’’ pada teman-teman yang kebanjiran. Saya berharap itu bisa menguatkan mereka dan mewakilkan kehadiranku di saat mereka susah.Dengan tulus juga saya mengundang beberapa teman ,siapa tahu mau mengungsi di rumahku. Saya tidak menghitung sudah berapa lama hujan ini tumpah....yang saya tahu ia tidak jua berhenti...how I miss my sunny day..... ***andai tulisan ini bisa merayu hujan untuk berhenti***
Jumat, 03 Mei 2013
Tulisan Lama dibaca lagi...:)
Assalamualaikum.......
Hadewwhh....lamanya ga nulis yaaa......minta ampun deh...lagi kurang klik sama blog neh....kebetulan dapat tulisan lamaku yang kayaknya layak buat di Ceritacrita disini. Sudah lamaaaaaaaaaaaaaa sekali tulisan ini kubuat di fb. Untung ga ilang setelah di hack kemaren...selamat membaca....
anakku adalah guruku...
oleh Asnar Syarifuddin (Catatan) pada 14 Juni 2011 pukul 23:39
...anakku adalah guruku....
kalimat itu lepas dari ucapan seorang psikolog yang baru saja menjadi narasumberku malam ini. meluncur tegas diantara ragam topik obrolan yang tidak jauh dari tema curhat kami Saya sedikit tertegun, untuk kemudian membenarkan.....
Berkaca pada diri sendiri yang kerap berguru pada seorang bocah laki laki berumur kurang dari enam tahun, yang sudah pulas sambil mengemut ibu jari kanannya dirumah.
Selalu kuajarkan padanya apa itu sabar...namun akhirnya justru diri sendiri inilah yang belajar makna sabar darinya.
sabar memberitahu....
sabar mengajarkan....
sabar menuntun.......
sabar memilih kalimat yang tepat..
sabar menahan emosi yang sudah dipuncak siap meledak..
sabar untuk selalu sabar.....
Tidak sedikit pelajaran yang ku ambil darinya......
belajar untuk lebih lemah lembut (karena dia tidak suka dikerasi)
belajar untuk lebih kritis...(dengan pertanyaan berantai yang kadang menjebak)
belajar untuk menepat janji (tidak mau kan dia bilang : ibu bohong lagi....)
belajar menjaga sikap (jadi malu saat dia bilang : ibu bergaya....:D)
belajar untuk selalu belajar...
....anakku adalah guruku....
Hadewwhh....lamanya ga nulis yaaa......minta ampun deh...lagi kurang klik sama blog neh....kebetulan dapat tulisan lamaku yang kayaknya layak buat di Ceritacrita disini. Sudah lamaaaaaaaaaaaaaa sekali tulisan ini kubuat di fb. Untung ga ilang setelah di hack kemaren...selamat membaca....
anakku adalah guruku...
oleh Asnar Syarifuddin (Catatan) pada 14 Juni 2011 pukul 23:39
...anakku adalah guruku....
kalimat itu lepas dari ucapan seorang psikolog yang baru saja menjadi narasumberku malam ini. meluncur tegas diantara ragam topik obrolan yang tidak jauh dari tema curhat kami Saya sedikit tertegun, untuk kemudian membenarkan.....
Berkaca pada diri sendiri yang kerap berguru pada seorang bocah laki laki berumur kurang dari enam tahun, yang sudah pulas sambil mengemut ibu jari kanannya dirumah.
Selalu kuajarkan padanya apa itu sabar...namun akhirnya justru diri sendiri inilah yang belajar makna sabar darinya.
sabar memberitahu....
sabar mengajarkan....
sabar menuntun.......
sabar memilih kalimat yang tepat..
sabar menahan emosi yang sudah dipuncak siap meledak..
sabar untuk selalu sabar.....
Tidak sedikit pelajaran yang ku ambil darinya......
belajar untuk lebih lemah lembut (karena dia tidak suka dikerasi)
belajar untuk lebih kritis...(dengan pertanyaan berantai yang kadang menjebak)
belajar untuk menepat janji (tidak mau kan dia bilang : ibu bohong lagi....)
belajar menjaga sikap (jadi malu saat dia bilang : ibu bergaya....:D)
belajar untuk selalu belajar...
....anakku adalah guruku....
Langganan:
Postingan (Atom)